Sehari setelah dibui, tersangka kasus dugaan korupsi pembangunan proyek
Pusat Pendidikan Pelatihan serta Sekolah Olahraga Nasional di Bukit
Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, AAM (Andi Alifian Mallarangeng),
hari ini dijenguk oleh adiknya, Rizal Mallarangeng, beserta tim kuasa
hukumnya Harry Ponto, Ifdhal Kasim dan Luhut Pangaribuan. Usai membesuk,
Rizal yang akrab disapa Chelly menceritakan soal menu makanan kakaknya
saat sarapan, setelah melewatkan satu malam di sel KPK.
Menurut
Rizal, menu sarapan kakaknya cukup sederhana. Tetapi, lanjut dia, dari
cerita kakaknya yang mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu nampak puas
menyantap jatah makan yang diberikan KPK.
"Menariknya begini.
Makan cuma nasi dengan sekerat tahu. Tapi dia (Andi) ceritakan sambil
tertawa dan tidak kelihatan orang susah," kata Rizal kepada awak media,
selepas menjenguk Andi di Rutan KPK, Jakarta, Jumat (17/10).
Rizal
menambahkan, Andi bercerita juga diberi jatah makan sayur asem. Saat
makan, lanjut dia, Andi mengaku sempat diberi sambal oleh teman satu
selnya. Dia mengaku hari ini belum membawakan bekal makanan buat
kakaknya.
"Kita kan belum tahu boleh atau enggak. Kita akan bawa," ujar Rizal.
Menurut
anggota tim kuasa hukum Andi, Luhut, kliennya berbagi kamar dengan dua
tahanan lainnya. Dia mengatakan kondisi Rutan KPK cukup baik.
"Dia (Andi) di dalam satu kamar bertiga. Cukup baik di dalam tahanan, ya sesuai ketentuan," kata Luhut.
Jumat, 18 Oktober 2013
Badai Seukuran Katrina Lebih Sering Muncul di Masa Depan
Badai Sandy yang menyerang kota New York tahun lalu dianggap sebagai
serangan badai terburuk yang pernah menghantam kota itu. Meski badai
Sandy dianggap sebagai peristiwa 100 tahun sekali, sebuah penelitian
menemukan bahwa pemanasan global juga bisa membawa dampak kehancuran
yang sama seperti serangan badai di daerah teluk dan pesisir timur AS
setiap tahun sebelum tahun 2100.
Badai besar bisa memicu ombak tinggi dan gelombang badai, yang bisa mengikis pantai dan bukit pasir serta membanjiri pemukiman di pesisir. Gelombang badai adalah air laut yang terdorong badai, terutama oleh angin kencang. Di pesisir, gelombang tersebut bisa naik setinggi beberapa meter hanya dalam beberapa menit. Ombak tinggi berjalan di atas gelombang badai dan puncak ombak bahkan bisa menaikkan permukaan laut lebih tinggi lagi.
Menilik kejadian ekstrem tersebut, badai baru seukuran Katrina diprediksi akan terus terjadi setiap tahun jika suhu iklim naik 2 derajat Celsius.
Itu berarti 10 kali lebih sering dibandingkan apa yang terjadi di 1923, setelah terjadinya badai Katrina yang menghantam setiap 20 tahun, seperti yang dipublikasikan dalam “Journal Proceedings of the National Academy of Sciences” edisi 18 Maret.
Pada tahun 2009, bangsa-bangsa di dunia sepakat membatasi perubahan iklim sampai 2 derajat Celsius pada 2100, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa suhu bisa naik menjadi 4 derajat Celsius sebelum akhir abad ini.
Namun peningkatan 10 kali lipat gelombang seperti badai Katrina tidak lantas dianggap bahwa bencana akan meningkat 10 kali lipat, kata Aslak Grinsted, ilmuwan iklim di University of Copenhagen, Denmark sekaligus penulis penelitian. “Setiap gelombang Katrina tidak selalu menjadi bencana besar Katrina,” katanya kepada OurAmazingPlanet.
Air laut yang lebih hangat memicu badai yang lebih dahsyat
Lautan yang lebih hangat akan mengubah bagaimana samudera Atlantik memicu badai. Lebih panas berarti lebih banyak energi, dan banyak model pemanasan memprediksi bahwa pemanasan global akan memicu badai yang lebih besar dan dahsyat, meski rincian skenarionya berbeda.
Banyak penelitian mengamati perubahan frekuensi dan ukuran badai akibat pemanasan global namun baru sedikit penelitian yang mengamati dampaknya di pesisir Atlantik.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai model mana yang dapat memperkirakan masa depan, Grinsted dan rekannya mengkonstruksi catatan gelombang badai dari tingkat air pasang laut di sepanjang pesisir Atlantik di sepanjang samudera Atlantik.
Grinsted mengukur setiap model statistik menurut seberapa baik model tersebut menjelaskan gelombang ekstrem masa lalu. Satu cara para ilmuwan menguji model-model iklim itu adalah dengan melihat seberapa baiknya model-model tersebut memprediksi cuaca di masa lalu.
Setelah membandingkan model-modelnya, model terbaik adalah salah satu model yang paling sederhana. Itu bergantung pada temperatur permukaan air di suatu wilayah di area munculnya badai di samudera Atlantik.
Para ilmuwan juga membuat sebuah model “kisi” global, yang mengabungkan suhu lautan di seluruh dunia. Grinsted mengatakan bahwa model-model teratas sepakat bahwa besarnya dari serangan badai, membuatnya yakin terhadap hasilnya.
Naiknya suhu 0,4 derajat Celsius berpengaruh terhadap frekuensi gelombang badai, seperti yang ditemukan dalam penelitiannya. “Dengan pemanasan global yang terjadi selama abad ke-20, kami telah melewati ambang batas karena lebih dari setengah Katrina terjadi akibat pemanasan global,” kata Grinsted.
Badai besar bisa memicu ombak tinggi dan gelombang badai, yang bisa mengikis pantai dan bukit pasir serta membanjiri pemukiman di pesisir. Gelombang badai adalah air laut yang terdorong badai, terutama oleh angin kencang. Di pesisir, gelombang tersebut bisa naik setinggi beberapa meter hanya dalam beberapa menit. Ombak tinggi berjalan di atas gelombang badai dan puncak ombak bahkan bisa menaikkan permukaan laut lebih tinggi lagi.
Menilik kejadian ekstrem tersebut, badai baru seukuran Katrina diprediksi akan terus terjadi setiap tahun jika suhu iklim naik 2 derajat Celsius.
Itu berarti 10 kali lebih sering dibandingkan apa yang terjadi di 1923, setelah terjadinya badai Katrina yang menghantam setiap 20 tahun, seperti yang dipublikasikan dalam “Journal Proceedings of the National Academy of Sciences” edisi 18 Maret.
Pada tahun 2009, bangsa-bangsa di dunia sepakat membatasi perubahan iklim sampai 2 derajat Celsius pada 2100, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa suhu bisa naik menjadi 4 derajat Celsius sebelum akhir abad ini.
Namun peningkatan 10 kali lipat gelombang seperti badai Katrina tidak lantas dianggap bahwa bencana akan meningkat 10 kali lipat, kata Aslak Grinsted, ilmuwan iklim di University of Copenhagen, Denmark sekaligus penulis penelitian. “Setiap gelombang Katrina tidak selalu menjadi bencana besar Katrina,” katanya kepada OurAmazingPlanet.
Air laut yang lebih hangat memicu badai yang lebih dahsyat
Lautan yang lebih hangat akan mengubah bagaimana samudera Atlantik memicu badai. Lebih panas berarti lebih banyak energi, dan banyak model pemanasan memprediksi bahwa pemanasan global akan memicu badai yang lebih besar dan dahsyat, meski rincian skenarionya berbeda.
Banyak penelitian mengamati perubahan frekuensi dan ukuran badai akibat pemanasan global namun baru sedikit penelitian yang mengamati dampaknya di pesisir Atlantik.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai model mana yang dapat memperkirakan masa depan, Grinsted dan rekannya mengkonstruksi catatan gelombang badai dari tingkat air pasang laut di sepanjang pesisir Atlantik di sepanjang samudera Atlantik.
Grinsted mengukur setiap model statistik menurut seberapa baik model tersebut menjelaskan gelombang ekstrem masa lalu. Satu cara para ilmuwan menguji model-model iklim itu adalah dengan melihat seberapa baiknya model-model tersebut memprediksi cuaca di masa lalu.
Setelah membandingkan model-modelnya, model terbaik adalah salah satu model yang paling sederhana. Itu bergantung pada temperatur permukaan air di suatu wilayah di area munculnya badai di samudera Atlantik.
Para ilmuwan juga membuat sebuah model “kisi” global, yang mengabungkan suhu lautan di seluruh dunia. Grinsted mengatakan bahwa model-model teratas sepakat bahwa besarnya dari serangan badai, membuatnya yakin terhadap hasilnya.
Naiknya suhu 0,4 derajat Celsius berpengaruh terhadap frekuensi gelombang badai, seperti yang ditemukan dalam penelitiannya. “Dengan pemanasan global yang terjadi selama abad ke-20, kami telah melewati ambang batas karena lebih dari setengah Katrina terjadi akibat pemanasan global,” kata Grinsted.
Mengapa Sulit Melarang Perburuan Hiu?
Setiap tahun, ada lebih dari 100 juta hiu, predator puncak dalam rantai
makanan, lenyap dari laut. Berarti, setiap hari hampir 280 ribu atau
lebih dari 11.500 hiu yang hilang per jam. Data tersebut terungkap dari
WWF Indonesia dan studi yang dipublikasikan oleh jurnal “Marine Policy”
awal tahun ini. Sebagian besar hiu tersebut ditangkap untuk dibunuh,
kemudian dijual, terutama siripnya. Padahal, sebuah ekosistem bisa punah
jika kehilangan predator puncak.
Penangkapan besar-besaran tersebut secara tidak langsung telah berakibat punahnya beberapa jenis hiu di dunia. Hal ini diperparah lagi dengan kenyataan bahwa hiu baru mampu bereproduksi pada usia 15 tahun. Sedangkan siklus reproduksinya 3 tahun sekali dengan jumlah anak maksimal 10 ekor dalam sekali reproduksi.
Mirisnya kondisi yang dialami habitat hiu ini telah mengundang 177 negara untuk bersama-sama meningkatkan pengamanan terhadap hiu dan sejenisnya. Semua itu tertuang dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) di Bangkok yang berakhir minggu lalu. Indonesia pun turut serta dalam upaya menurunkan angka penangkapan hiu.
Namun, seperti dituturkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo upaya penanggulangan tersebut terus menemui kendala serius. Di antaranya, kata dia, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat atas pentingnya peran hiu dalam ekosistem, ketergantungan masyarakat secara ekonomi terhadap penjualan sirip ikan hiu, dan aturan undang-undang yang memang belum sepenuhnya melarang penangkapan ikan hiu.
Karena itu, kata Cicip, perburuan ikan hiu di Indonesia masih akan terus berlanjut selama masih ada pembeli yang menerima penjualan sirip serta longgarnya peraturan undang-undang yang ada. “Butuh pendekatan holistik secara ekonomi politik untuk mengatasi masalah tersebut, terutama memperkuat regulasi dan penegakan hukum dilapangan terhadap negara penerimanya,” jelas Sharif.
Lebih jauh Cicip menjelaskan, dalam konteks pembentukan regulasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah menyusun peraturan perundangan berupa Peraturan Menteri guna mengakomodir kesepakatan Convention On International Trade In Endangered Species (CITES) yang memasukan empat spesies hiu ke dalam daftar Appendix II CITES. "Ini berarti kegiatan penangkapan hiu masih tetap diperbolehkan tapi dengan pengaturan yang lebih ketat," tegas Sharif.
Untuk level pemerintah daerah, Kabupaten Raja Ampat telah membuat Perda No. 9/2012 tentang Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta dan jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Kabupaten Raja Ampat. Hal ini menandakan komitmen Pemda dalam menjaga jenis ikan rawan terancam punah. "Kabupaten Raja Ampat menjadi kabupaten pertama yang mengeluarkan perda untuk melindungi biota laut yang terancam punah," tandas Sharif.
Selama ini, hiu – terutama yang diburu adalah siripnya – memiliki pasar yang sangat besar di Cina. Namun sejak pertengahan tahun lalu, pemerintah Negeri Tirai Bambu sudah melarang penjualan sup sirip hiu. Begitu juga dengan di Hong Kong. Negara lain yang menjadi pasar sirip hiu cukup besar adalah Kamboja dan Jepang.
Penangkapan besar-besaran tersebut secara tidak langsung telah berakibat punahnya beberapa jenis hiu di dunia. Hal ini diperparah lagi dengan kenyataan bahwa hiu baru mampu bereproduksi pada usia 15 tahun. Sedangkan siklus reproduksinya 3 tahun sekali dengan jumlah anak maksimal 10 ekor dalam sekali reproduksi.
Mirisnya kondisi yang dialami habitat hiu ini telah mengundang 177 negara untuk bersama-sama meningkatkan pengamanan terhadap hiu dan sejenisnya. Semua itu tertuang dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) di Bangkok yang berakhir minggu lalu. Indonesia pun turut serta dalam upaya menurunkan angka penangkapan hiu.
Namun, seperti dituturkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo upaya penanggulangan tersebut terus menemui kendala serius. Di antaranya, kata dia, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat atas pentingnya peran hiu dalam ekosistem, ketergantungan masyarakat secara ekonomi terhadap penjualan sirip ikan hiu, dan aturan undang-undang yang memang belum sepenuhnya melarang penangkapan ikan hiu.
Karena itu, kata Cicip, perburuan ikan hiu di Indonesia masih akan terus berlanjut selama masih ada pembeli yang menerima penjualan sirip serta longgarnya peraturan undang-undang yang ada. “Butuh pendekatan holistik secara ekonomi politik untuk mengatasi masalah tersebut, terutama memperkuat regulasi dan penegakan hukum dilapangan terhadap negara penerimanya,” jelas Sharif.
Lebih jauh Cicip menjelaskan, dalam konteks pembentukan regulasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah menyusun peraturan perundangan berupa Peraturan Menteri guna mengakomodir kesepakatan Convention On International Trade In Endangered Species (CITES) yang memasukan empat spesies hiu ke dalam daftar Appendix II CITES. "Ini berarti kegiatan penangkapan hiu masih tetap diperbolehkan tapi dengan pengaturan yang lebih ketat," tegas Sharif.
Untuk level pemerintah daerah, Kabupaten Raja Ampat telah membuat Perda No. 9/2012 tentang Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta dan jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Kabupaten Raja Ampat. Hal ini menandakan komitmen Pemda dalam menjaga jenis ikan rawan terancam punah. "Kabupaten Raja Ampat menjadi kabupaten pertama yang mengeluarkan perda untuk melindungi biota laut yang terancam punah," tandas Sharif.
Selama ini, hiu – terutama yang diburu adalah siripnya – memiliki pasar yang sangat besar di Cina. Namun sejak pertengahan tahun lalu, pemerintah Negeri Tirai Bambu sudah melarang penjualan sup sirip hiu. Begitu juga dengan di Hong Kong. Negara lain yang menjadi pasar sirip hiu cukup besar adalah Kamboja dan Jepang.
Enam Masalah Lingkungan Teratas di Cina
Krisis lingkungan di Cina tampaknya muncul dalam skala yang besar dan hebat, karena sangat luasnya negara itu sendiri.
Berikut ini enam masalah lingkungan teratas yang ada di Cina:
1. Pencemaran udara
Menurut skala kualitas udara, setiap peringkat polusi di atas 300 berarti udara tidak aman untuk bernapas. Dalam kondisi tersebut, orang harus tinggal di dalam ruangan dengan menghidupkan pemurni udara dan sebisa mungkin mengurangi pergerakan, demikian pedoman Kedutaan Amerika Serikat di Beijing.
Pada Januari saja, ada 19 hari ketika indeks di Beijing melampaui ambang batas 300, menurut Washington Post, dan angka di atas 500 kini sudah menjadi hal biasa. Pada 12 Januari, angka tersebut mencapai rekor 886, sama dengan hidup di dalam ruangan merokok.
Industri manufaktur dan 5 juta lebih mobil di Beijing turut berkontribusi terhadap pencemaran udara yang melumpuhkan kota itu, namun banyak ahli menyalahkan pembangkit listrik tenaga batu bara, yang menjadi kekuatan pertumbuhan perekonomian Cina.
Cina saat ini membakar 47 persen dari batu bara dunia, kira-kira setara dengan jumlah gabungan yang digunakan oleh semua negara-negara lain di dunia, lapor New York Times. Dan Beijing dikelilingi oleh jaringan luas dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
2. Pencemaran air
Ribuan bangkai babi mengambang melewati Shanghai mungkin bukanlah polusi air terburuk yang harus dikhawatirkan Cina.
Pada Januari, terjadi kecelakaan bocornya kimia benzena, senyawa yang dikenal sebagai penyebab kanker, ke anak Sungai Huangpu (tempat bangkai babi itu ditemukan). Lebih dari 20 orang dirawat di rumah sakit akibat hal itu, menurut Wall Street Journal, dan penduduk daerah itu terpaksa mengandalkan mobil pemadam kebakaran untuk mendapatkan air minum yang aman.
Air tanah juga tidak lebih aman. Sekitar 60 persen dari tanah di bawah kota-kota Cina dinyatakan "sangat tercemar" oleh Economist.
Desember lalu, tak lama setelah saudarinya meninggal karena kanker paru-paru pada usia 35 tahun, pengusaha Jin Zengmin dari provinsi Zhejiang menawarkan hadiah 200.000 yuan (sekitar Rp308,5 juta) kepada pejabat lingkungan setempat yang mau berenang di sebuah sungai terdekat, tempat Jin pernah berenang saat dia masih kanak-kanak, menurut Time.com. Sungai itu sekarang berwarna hitam dengan limbah dari pabrik sepatu. Belum ada pejabat yang tertarik oleh tawaran itu.
3. Penggurunan
Cina memiliki sejarah pertanian intensif selama ribuan tahun, jadi mungkin tidak mengejutkan bahwa wilayah seluas 9,6 juta kilometer persegi dari negara itu terkena penggurunan.
Tekanan populasi, konversi hutan menjadi lahan pertanian, dan proyek pembangkit listrik tenaga air dan infrastruktur lainnya telah mengakibatkan hutan-hutan yang masih tersisa di Cina terancam. Hal itu mendorong PBB memasukkan daftar hutan di negara itu sebagai yang terancam dan membutuhkan perlindungan.
Hasil dari maraknya penebangan hutan dan perkembangan pertanian adalah penggurunan, penghancuran lahan yang ditutupi vegetasi, yang menghasilkan bentang alam terdiri dari tanah dan batu yang gersang. Sekitar 2,6 juta km persegi dari Cina saat ini berada di bawah penggurunan, sekitar seperempat dari luas daratan negara itu, tersebar di 18 provinsi, menurut kantor berita IPS.
Badai debu yang membutakan, sungai yang penuh lumpur dan terkikisnya humus seringkali merupakan hasil dari desertifikasi. Terlepas dari peningkatan reboisasi dan restorasi padang rumput belakangan ini, padang pasir terus berkembang setiap tahun sekitar 2.460 km persegi, menurut World Wildlife Fund (WWF).
4. Keanekaragaman hayati
Terkait erat dengan penggundulan hutan dan penggurunan adalah masalah hilangnya habitat dan penurunan keanekaragaman hayati. Karena wilayah hutan yang luas dibuka untuk lahan pertanian, perkebunan bambu, dan kayu bakar, mengakibatkan hewan langka seperti panda berjuang untuk bertahan hidup.
Kepunahan mengintai beberapa spesies hewan gara-gara pembantaian gajah untuk diambil gadingnya, pembunuhan badak untuk tanduk mereka, dan pemusnahan harimau untuk tulang (sebagai obat) dan penis mereka (sebagai afrodisiak atau zat kimia yg digunakan untuk merangsang daya seksual).
Hiu terancam punah di seluruh dunia, terutama karena pengambilan sirip hiu — pengangkatan sirip punggung dari hiu yang masih hidup, untuk dibikin sup.
5. Desa kanker
Selama bertahun-tahun, individu dan kelompok telah melancarkan kampanye untuk memaksa pemerintah mengatasi atau bahkan mengakui tingginya tingkat penyakit kanker lambung, hati, ginjal dan usus besar di daerah tertentu, biasanya berdekatan dengan kompleks industri berat, menurut laporan BBC.
Di Shangba, sebuah kota di provinsi Guangdong, sungai yang mengalir melalui kota berubah dari warna putih menjadi oranye akibat berbagai jenis limbah industri, Reuters melaporkan. Banyak pencemar sungai, seperti kadmium dan seng, diketahui menyebabkan kanker.
"Semua ikan mati, bahkan ayam dan bebek yang minum dari sungai mati. Jika Anda meletakkan kaki di dalam air, Anda akan mendapatkan ruam dan gatal-gatal yang mengerikan," ujar He Shuncai, seorang petani berusia 34 tahun dari Shangba kepada Reuters. "Tahun lalu saja, enam orang di desa kami meninggal karena kanker dan mereka berusia 30-an dan 40-an."
Pada Februari tahun ini, laporan dari kementerian lingkungan Cina mencatat bahwa bahan kimia dan logam berat yang dilarang di negara-negara lain, ditemukan di seluruh Cina.
6. Pertumbuhan penduduk
Kebijakan memiliki "satu anak" di Cina secara universal diakui efektif untuk mengendalikan populasi di negara itu. Meskipun demikian, Cina adalah rumah bagi sekitar 1,3 miliar orang, lebih dari sepertujuh orang di planet ini hidup di negara itu.
Apa yang lebih memprihatinkan terhadap pendukung lingkungan adalah tumbuhnya kemakmuran dari kelas menengah Cina, yang kini mengadopsi pola konsumen gaya Barat. Kalau dulu barang-barang seperti daging merah, anggur, dan mobil pernah dianggap kemewahan terlarang, kini makin banyak keluarga yang mengendarai mobil mereka ke pasar untuk membeli daging sapi tenderloin, 120 anggur baijiu (anggur putih Cina) dan barang-barang konsumen lain.
Risiko kesehatan berkaitan dengan jenis pembelian semacam itu, kini menjadi perhatian: Pesta minum dan alkohol yang mengakibatkan rawat inap sekarang telah mencapai "proporsi epidemi," menurut laporan Guardian, dan penduduk Cina — yang pernah menikmati diet yang relatif sehat dan rendahnya tingkat kanker — sekarang makan daging dua kali lebih banyak dibandingkan orang Amerika, mengonsumsi seperempat dari pasokan dunia, menurut Telegraph.
Berikut ini enam masalah lingkungan teratas yang ada di Cina:
1. Pencemaran udara
Menurut skala kualitas udara, setiap peringkat polusi di atas 300 berarti udara tidak aman untuk bernapas. Dalam kondisi tersebut, orang harus tinggal di dalam ruangan dengan menghidupkan pemurni udara dan sebisa mungkin mengurangi pergerakan, demikian pedoman Kedutaan Amerika Serikat di Beijing.
Pada Januari saja, ada 19 hari ketika indeks di Beijing melampaui ambang batas 300, menurut Washington Post, dan angka di atas 500 kini sudah menjadi hal biasa. Pada 12 Januari, angka tersebut mencapai rekor 886, sama dengan hidup di dalam ruangan merokok.
Industri manufaktur dan 5 juta lebih mobil di Beijing turut berkontribusi terhadap pencemaran udara yang melumpuhkan kota itu, namun banyak ahli menyalahkan pembangkit listrik tenaga batu bara, yang menjadi kekuatan pertumbuhan perekonomian Cina.
Cina saat ini membakar 47 persen dari batu bara dunia, kira-kira setara dengan jumlah gabungan yang digunakan oleh semua negara-negara lain di dunia, lapor New York Times. Dan Beijing dikelilingi oleh jaringan luas dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
2. Pencemaran air
Ribuan bangkai babi mengambang melewati Shanghai mungkin bukanlah polusi air terburuk yang harus dikhawatirkan Cina.
Pada Januari, terjadi kecelakaan bocornya kimia benzena, senyawa yang dikenal sebagai penyebab kanker, ke anak Sungai Huangpu (tempat bangkai babi itu ditemukan). Lebih dari 20 orang dirawat di rumah sakit akibat hal itu, menurut Wall Street Journal, dan penduduk daerah itu terpaksa mengandalkan mobil pemadam kebakaran untuk mendapatkan air minum yang aman.
Air tanah juga tidak lebih aman. Sekitar 60 persen dari tanah di bawah kota-kota Cina dinyatakan "sangat tercemar" oleh Economist.
Desember lalu, tak lama setelah saudarinya meninggal karena kanker paru-paru pada usia 35 tahun, pengusaha Jin Zengmin dari provinsi Zhejiang menawarkan hadiah 200.000 yuan (sekitar Rp308,5 juta) kepada pejabat lingkungan setempat yang mau berenang di sebuah sungai terdekat, tempat Jin pernah berenang saat dia masih kanak-kanak, menurut Time.com. Sungai itu sekarang berwarna hitam dengan limbah dari pabrik sepatu. Belum ada pejabat yang tertarik oleh tawaran itu.
3. Penggurunan
Cina memiliki sejarah pertanian intensif selama ribuan tahun, jadi mungkin tidak mengejutkan bahwa wilayah seluas 9,6 juta kilometer persegi dari negara itu terkena penggurunan.
Tekanan populasi, konversi hutan menjadi lahan pertanian, dan proyek pembangkit listrik tenaga air dan infrastruktur lainnya telah mengakibatkan hutan-hutan yang masih tersisa di Cina terancam. Hal itu mendorong PBB memasukkan daftar hutan di negara itu sebagai yang terancam dan membutuhkan perlindungan.
Hasil dari maraknya penebangan hutan dan perkembangan pertanian adalah penggurunan, penghancuran lahan yang ditutupi vegetasi, yang menghasilkan bentang alam terdiri dari tanah dan batu yang gersang. Sekitar 2,6 juta km persegi dari Cina saat ini berada di bawah penggurunan, sekitar seperempat dari luas daratan negara itu, tersebar di 18 provinsi, menurut kantor berita IPS.
Badai debu yang membutakan, sungai yang penuh lumpur dan terkikisnya humus seringkali merupakan hasil dari desertifikasi. Terlepas dari peningkatan reboisasi dan restorasi padang rumput belakangan ini, padang pasir terus berkembang setiap tahun sekitar 2.460 km persegi, menurut World Wildlife Fund (WWF).
4. Keanekaragaman hayati
Terkait erat dengan penggundulan hutan dan penggurunan adalah masalah hilangnya habitat dan penurunan keanekaragaman hayati. Karena wilayah hutan yang luas dibuka untuk lahan pertanian, perkebunan bambu, dan kayu bakar, mengakibatkan hewan langka seperti panda berjuang untuk bertahan hidup.
Kepunahan mengintai beberapa spesies hewan gara-gara pembantaian gajah untuk diambil gadingnya, pembunuhan badak untuk tanduk mereka, dan pemusnahan harimau untuk tulang (sebagai obat) dan penis mereka (sebagai afrodisiak atau zat kimia yg digunakan untuk merangsang daya seksual).
Hiu terancam punah di seluruh dunia, terutama karena pengambilan sirip hiu — pengangkatan sirip punggung dari hiu yang masih hidup, untuk dibikin sup.
5. Desa kanker
Selama bertahun-tahun, individu dan kelompok telah melancarkan kampanye untuk memaksa pemerintah mengatasi atau bahkan mengakui tingginya tingkat penyakit kanker lambung, hati, ginjal dan usus besar di daerah tertentu, biasanya berdekatan dengan kompleks industri berat, menurut laporan BBC.
Di Shangba, sebuah kota di provinsi Guangdong, sungai yang mengalir melalui kota berubah dari warna putih menjadi oranye akibat berbagai jenis limbah industri, Reuters melaporkan. Banyak pencemar sungai, seperti kadmium dan seng, diketahui menyebabkan kanker.
"Semua ikan mati, bahkan ayam dan bebek yang minum dari sungai mati. Jika Anda meletakkan kaki di dalam air, Anda akan mendapatkan ruam dan gatal-gatal yang mengerikan," ujar He Shuncai, seorang petani berusia 34 tahun dari Shangba kepada Reuters. "Tahun lalu saja, enam orang di desa kami meninggal karena kanker dan mereka berusia 30-an dan 40-an."
Pada Februari tahun ini, laporan dari kementerian lingkungan Cina mencatat bahwa bahan kimia dan logam berat yang dilarang di negara-negara lain, ditemukan di seluruh Cina.
6. Pertumbuhan penduduk
Kebijakan memiliki "satu anak" di Cina secara universal diakui efektif untuk mengendalikan populasi di negara itu. Meskipun demikian, Cina adalah rumah bagi sekitar 1,3 miliar orang, lebih dari sepertujuh orang di planet ini hidup di negara itu.
Apa yang lebih memprihatinkan terhadap pendukung lingkungan adalah tumbuhnya kemakmuran dari kelas menengah Cina, yang kini mengadopsi pola konsumen gaya Barat. Kalau dulu barang-barang seperti daging merah, anggur, dan mobil pernah dianggap kemewahan terlarang, kini makin banyak keluarga yang mengendarai mobil mereka ke pasar untuk membeli daging sapi tenderloin, 120 anggur baijiu (anggur putih Cina) dan barang-barang konsumen lain.
Risiko kesehatan berkaitan dengan jenis pembelian semacam itu, kini menjadi perhatian: Pesta minum dan alkohol yang mengakibatkan rawat inap sekarang telah mencapai "proporsi epidemi," menurut laporan Guardian, dan penduduk Cina — yang pernah menikmati diet yang relatif sehat dan rendahnya tingkat kanker — sekarang makan daging dua kali lebih banyak dibandingkan orang Amerika, mengonsumsi seperempat dari pasokan dunia, menurut Telegraph.
Indonesia Eksportir Hiu Terbesar Dunia
SEBAGAI predator puncak dalam rantai makanan, hiu memiliki peran yang
sangat penting dalam menjaga kelestarian ekosistem. Sebuah ekosistem
dapat berubah dan menurun tingkat produktivitasnya, bahkan dalam
beberapa kasus dapat punah, jika kehilangan predator puncak.
Kenyataan akan pentingnya peran hiu rupanya belum menjadi kesadaran bersama masyarakat Indonesia. Pasalnya, Indonesia yang kaya akan biota laut justru kini menjadi eksportir hiu terbesar yang menyumbang 100 ribu ton per tahun ke pasar internasional. Tragisnya, hal ini terjadi sejak 13 tahun silam.
"Dengan tingkat tekanan terhadap perburuan yang sangat tinggi tersebut, populasi hiu di Indonesia pun kini berada di ujung tanduk," ujar Senior Advisor Indonesia Marine Program Conservation International Indonesia, Mark V Erdmann, dalam Simposium Nasional Perlindungan Hiu, di Jakarta, Selasa (19/3).
Peran Indonesia sebagai eksportir terbesar hiu secara tidak langsung telah menyumbang penurunan populasi secara global sebesar 90-99 persen sejak 50 tahun lalu. "Akibat pemancingan dan dan permintaan sup sirip hiu yang terus menerus, setidaknya 73 juta hiu dibunuh tiap tahunnya," ungkap Mark.
Situasi tersebut sejalan dengan apa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia di mana proses penangkapan hiu dilakukan secara terang-terangan oleh masyarakat. Misal, kata Mark, di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk dapat menangkap hiu masyarakat menggunakan lumba-lumba dan penyu sebagai umpan.
Caranya, di tengah laut nelayan menangkap lumba-lumba kemudian langsung memotongnya agar hiu terpancing dengan darah dari lumba-lumba. Lumba-lumba yang dilukai itu lalu dibuang begitu saja, dibiarkan mati. "Begitu juga dengan penyu, bagian tubuh yang diambil untuk umpan hanya hatinya saja," papar Mark.
Namun demikian, sambung Mark, ia optimis dengan sosialisasi pentingnya peran hiu ditambah dukungan regulasi dari pemerintah, angka penangkapan hiu akan dapat menurun secara signifikan. "Saya kira dalam 5 tahun ke depan industri hiu ini akan menurun drastis," tandas Mark.
Untuk mendukung pelestarian hiu, pemerintah akan memperketat penangkapannya karena hiu masuk dalam Appendix II "Convention on International Trade in Endangered Species" (CITES) 2013. Bentuk komitmen itu, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, dengan segera mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan Perikanan.
Pengetatan pengelolaan hiu ini penting mengingat keberadaan predator puncak tersebut sangat penting untuk menjaga ekosistem laut. Apalagi, jumlah spesiesnya telah mengalami penurunan lebih dari 75 persen, bahkan untuk jenis tertentu mencapai 90 persen atau lebih
Kenyataan akan pentingnya peran hiu rupanya belum menjadi kesadaran bersama masyarakat Indonesia. Pasalnya, Indonesia yang kaya akan biota laut justru kini menjadi eksportir hiu terbesar yang menyumbang 100 ribu ton per tahun ke pasar internasional. Tragisnya, hal ini terjadi sejak 13 tahun silam.
"Dengan tingkat tekanan terhadap perburuan yang sangat tinggi tersebut, populasi hiu di Indonesia pun kini berada di ujung tanduk," ujar Senior Advisor Indonesia Marine Program Conservation International Indonesia, Mark V Erdmann, dalam Simposium Nasional Perlindungan Hiu, di Jakarta, Selasa (19/3).
Peran Indonesia sebagai eksportir terbesar hiu secara tidak langsung telah menyumbang penurunan populasi secara global sebesar 90-99 persen sejak 50 tahun lalu. "Akibat pemancingan dan dan permintaan sup sirip hiu yang terus menerus, setidaknya 73 juta hiu dibunuh tiap tahunnya," ungkap Mark.
Situasi tersebut sejalan dengan apa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia di mana proses penangkapan hiu dilakukan secara terang-terangan oleh masyarakat. Misal, kata Mark, di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk dapat menangkap hiu masyarakat menggunakan lumba-lumba dan penyu sebagai umpan.
Caranya, di tengah laut nelayan menangkap lumba-lumba kemudian langsung memotongnya agar hiu terpancing dengan darah dari lumba-lumba. Lumba-lumba yang dilukai itu lalu dibuang begitu saja, dibiarkan mati. "Begitu juga dengan penyu, bagian tubuh yang diambil untuk umpan hanya hatinya saja," papar Mark.
Namun demikian, sambung Mark, ia optimis dengan sosialisasi pentingnya peran hiu ditambah dukungan regulasi dari pemerintah, angka penangkapan hiu akan dapat menurun secara signifikan. "Saya kira dalam 5 tahun ke depan industri hiu ini akan menurun drastis," tandas Mark.
Untuk mendukung pelestarian hiu, pemerintah akan memperketat penangkapannya karena hiu masuk dalam Appendix II "Convention on International Trade in Endangered Species" (CITES) 2013. Bentuk komitmen itu, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, dengan segera mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan Perikanan.
Pengetatan pengelolaan hiu ini penting mengingat keberadaan predator puncak tersebut sangat penting untuk menjaga ekosistem laut. Apalagi, jumlah spesiesnya telah mengalami penurunan lebih dari 75 persen, bahkan untuk jenis tertentu mencapai 90 persen atau lebih
Keguncangan Politik Banten dan Istigosah Ratu Atut
Pengamat politik dari Universias Sultan Ageng Tirtayasa, Gandung
Ismanto menilai pascapenangkapan Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dan
pencegahan kakak perempuan Wawan, Ratu Atut, dapat dipastikan suhu
politik di tanah Banten memanas.
Dinasti keturunan Chasan Sochib terancam runtuh karena menurunnya kepercayaan publik. Kondisi ini, kata Gandung, dimanfaatkan banyak lawan politik mereka. Gandung beranalisa, Ratu Atut dan saudara-saudarannya tidak akan tinggal diam atas kondisi tersebut.
Gandung menilai istigosah yang digelar Atut pascapencekalan pada Oktober lalu sebagai satu cara untuk mempertahankan hegemoni dinasti. Pada istigosah itu Atut mengundang ulama dan jawara Banten. Ia memandang hal tersebut sebagai pencitraan kepada masyarakat bahwa Ulama dan Jawara masih berada di belakang keturunan Chasan Sochib.
“Suasana keguncangan di Banten jelas sangat terasa. Indikasinya adalah respon pemerintah terhadap pemberitaan, serta bagaimana pemerintah dalam suasana tidak kondusif kehilangan induk semangnya., karena selama ini semuanya kan atas petunjuk ibu (Atut) atau Wawan. Tapi menurut saya hal ini tidak akan berujung hingga Chaos,” jelasnya.
Sejak penangkapan Wawan, intensitas Gubernur Banten muncul di publik memang menurun. Pada rapat paripurna DPRD Banten dan acara seremonial Hari Ulang Tahun provinsi Banten pada 4 Oktober lalu misalnya, gubernur tak hadir. Di hari raya Idul Adha 15 Oktober, Atut hanya sebentar muncul di publik.
Disebutkan, pascapencegahan pada 7 Oktober lalu sebagian besar undangan untuk Gubernur digantikan oleh wakilnya, Rano Karno. Juru Bicara keluarga Atut, Fitran Nur Ikhsan saat dihubungi menuturkan Gubernur Banten masih sibuk menjalankan tugasnya, dan mengurus permasalah lain. Untuk menghadapi wartawan kata Fitran hal itu bisa diwakilkan dirinya.
Dinasti keturunan Chasan Sochib terancam runtuh karena menurunnya kepercayaan publik. Kondisi ini, kata Gandung, dimanfaatkan banyak lawan politik mereka. Gandung beranalisa, Ratu Atut dan saudara-saudarannya tidak akan tinggal diam atas kondisi tersebut.
Gandung menilai istigosah yang digelar Atut pascapencekalan pada Oktober lalu sebagai satu cara untuk mempertahankan hegemoni dinasti. Pada istigosah itu Atut mengundang ulama dan jawara Banten. Ia memandang hal tersebut sebagai pencitraan kepada masyarakat bahwa Ulama dan Jawara masih berada di belakang keturunan Chasan Sochib.
“Suasana keguncangan di Banten jelas sangat terasa. Indikasinya adalah respon pemerintah terhadap pemberitaan, serta bagaimana pemerintah dalam suasana tidak kondusif kehilangan induk semangnya., karena selama ini semuanya kan atas petunjuk ibu (Atut) atau Wawan. Tapi menurut saya hal ini tidak akan berujung hingga Chaos,” jelasnya.
Sejak penangkapan Wawan, intensitas Gubernur Banten muncul di publik memang menurun. Pada rapat paripurna DPRD Banten dan acara seremonial Hari Ulang Tahun provinsi Banten pada 4 Oktober lalu misalnya, gubernur tak hadir. Di hari raya Idul Adha 15 Oktober, Atut hanya sebentar muncul di publik.
Disebutkan, pascapencegahan pada 7 Oktober lalu sebagian besar undangan untuk Gubernur digantikan oleh wakilnya, Rano Karno. Juru Bicara keluarga Atut, Fitran Nur Ikhsan saat dihubungi menuturkan Gubernur Banten masih sibuk menjalankan tugasnya, dan mengurus permasalah lain. Untuk menghadapi wartawan kata Fitran hal itu bisa diwakilkan dirinya.
Kamis, 17 Oktober 2013
Sinopsis Drama Korea Missing You - I Miss You
Sinopsis drama korea missing you - i miss you, drama korea terbaru di tahun 2012 yang para pemainnya sudah tidak asing lagi. Sinopsis drama korea terbaru missing you - i miss you
ini bergenre melodrama dengan jumlah episode yang cukup panjang yaitu
25 episode. Drama korea missing you - i miss you berceritakan perihal
cerita cinta sepasang remaja yang terpisah dikarenakan suatu hal perihal
yang amat menyakitkan, sampai pada satu hari mereka kembali bersua
sesudah dewasa.
Dialah Han Jung Woo ( diperankan oleh Park Yoochun ) yang disebut seorang detektif didalam bidang pembunuhan. Han jung woo sudah jadi detektif sepanjang lebih kurang 24 bulan.. Han jung woo senantiasa teringat perihal cinta di kala dahulu pada masa kecilnya dengan seorang wanita bernama Lee So Yeon ( diperankan oleh Yoon Eun Hye ). Han jung woo sendiri tetap mencari-cari keberadaan cinta pada masa kecilnya tersebut.
Dialah Han Jung Woo ( diperankan oleh Park Yoochun ) yang disebut seorang detektif didalam bidang pembunuhan. Han jung woo sudah jadi detektif sepanjang lebih kurang 24 bulan.. Han jung woo senantiasa teringat perihal cinta di kala dahulu pada masa kecilnya dengan seorang wanita bernama Lee So Yeon ( diperankan oleh Yoon Eun Hye ). Han jung woo sendiri tetap mencari-cari keberadaan cinta pada masa kecilnya tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)